Hydroponic with IoT (Internet of Things)
Kirain biasa aja ternyata membuat ketagihan, itu kesan pertama ketika ada teman - teman yang berkebun tetapi waktu itu dia masih menggunakan tanah jadi masih agak heran dan males sama kotor-kotoran sama tanah. Kelihatan emang seru sih apalagi kalau udah pas sama hari panen karena hasilnya itu kadang bikin memuaskan mata, tenaga, sama perut karena siap-siap berburu di dapur buat masak sama temen kosan.
Terus akhirnya semenjak itu kepengen aja awalnya tapi karena liat tanah males lagi jadinya. Ini akhir pencarian yang melelahkan tanpa di sengaja temen satu grup bikin hal serupa tapi dengan sistem tanam yang berbeda, hmm akhirnya cari tau dong ternyata namanya hidroponik. Jadi ceritanya begini waktu semester 3 gw ikut yang namanya kelas robotik di kampus, selama hampir 2 tahun ikut lomba sana sini tahun ketiga rasanya udah mulai capek karena udah mulai bentrok sama yang namanya praktikum bikin alat dan ngejar diploma 3.
Lama kelamaan hanya nongkrong aja di F1 atau bengkel itu tempat biasa anak robotik kumpul dan emang biasa kita nginep sama begadang disana ngerjain sesuatu itu ntah itu dari dosen atau tugas kampus. Kenalin namanya dnur dia itu orang kuningan dia juga yang ngenalin hidroponik ke gw akhirnya mulai suka lagi sama berkebun, sebenernya ada lagi namanya bayu dia juga ngebantu banget ngenalin hidroponik karena dia bikin seperti gw tapi lebih efektif dan bagus maklum dia anak informatika jadi masalah web dan aplikasi emang jagonya. Dnur ini pertama dia cuma iseng aja buat hidroponik ini karena masalah perut mahasiswa kosan dan rantauan kadang suka kurang gizi, akhirnya dia inisiatif buat hidroponik di kosannya, karena gw kepo gw pengen tw dong hasil berkebunnya dia dan ternyata emang gak sia-sia hasilnya ketika panen itu gede-gede dan bermanfaat.
Karena hidroponik itu jauh dari kata pestisida dan kotor maka dari itu untuk sistem seperti ini bermanfaat buat kita yang tinggal juga perumahan yang sempit dan jarang banget tanah lapang untuk berkebun menggunakan teknik ini. Lanjut pada cerita setelah gw tau tentang hidroponik ini langsung coba riset sana-sini untuk coba buat sekaligus buat penilitian untuk diploma 3 dan ternyata dosen pebimbing nerima ide gw. Pertama ide ini dibentuk dengan menggunakan 1 sensor terlebih dahulu yaitu DHT-22 yang berfungsi sebagai penampil suhu dan kelembaban tanaman atau bisa juga sekitarnya. Bagi yang kurang paham kenapa sih perlu banget nampilin suhu dan kelembaban pada tanaman itu, ada hal penting juga selama proses bibit tanaman tersebut.
Pertama dampak dari suhu tanaman terlebih gw menanam sawi itu ketika musim atau tingkat panas tinggi itu membuat sawi pada tanaman cepet layu pada riset biasanya ketika panas mencapai 37 derajat celcius bahkan sawi setika mati. Kedua pada sawi yaitu ketika kelembaban atau oksigen sekitar meningkat pada musim hujan atau malam ketika cuaca dingin itu mempengaruhi pada sistem nutrisi pada tanaman karena nutrisi pada tanaman, telah disesuaikan dengan kebutuhan pada sawi tersebut nah ketika berkurang karena lebih banyak penggunaan air maka dari itu hasil panen sawi rasa-rasanya kurang memuaskan walaupun setiap kembang tumbuh tanaman tidak selamanya sempurna.
Nah dari situ ketemu beberapa solusi yang akhirnya di masukkan ke dalam penelitian gw, dengan menampilkan sebuah suhu dan kelembaban pada tanaman di jasa aplikasi memudahkan para petani untuk memantau dari kejauhan dan lebih relatif untuk tau detail suhu dan kelembaban lebih efektif. Kemudian gw juga menambahkan sebuah sensor hcr-sr04 atau dalam istilah anak robotik itu biar cepet sensor ping itu sebagai fungsi dia adalah sensor peraba.
Kalian pasti kelelawar kan yang hidupnya malem itu loh, yah dia itu bangun pada malem hari untuk mencari makan dengan cara memantulkan sebuah gelombang ultrasonik di daerah kepalanya untuk mengetahui benda apa saja yang ada di depannya, nah kemudian ketika di depannya ada sebuah benda gelombang tersebut memantulkannya kembali ke si kelelawar. Gelombang tersebut juga terdapat pada hewan seperti lumba-lumba. Selanjutnya sensor ini gw tambahin untuk alat di hidroponik gw yang berfungsi sebagai pendeksi kedalaman nutrisi pada tanaman hidroponik.
Fungsinya untuk mencegah kehabisan masa nutrisi pada tanaman hidroponik agar tanaman tetap terus teraliri nutrisi hingga nanti tiba masa waktunya panen. Nah dari kedua sensor tersebut muncul ide ini harus dikembangkan berbasis internet karena dengan begitu pemantuan jarak jauh walaupun kita di sabang dan hidroponik di marauke tetap terpantau dengan aman. Seru juga sih bercocok tanam tapi berbasis smart home eh tapi ini smart hydroponic jadi istilah baru juga nih buat para temen-teman yang mau coba tanaman higienis.
Ini adalah hasil tanaman pertama di kosan tapi sebelumnya sih udah buat juga di rumah tapi tempat dan sistem lebih besar sekitar 2 meter satu tempat dan itu ada 4 buah pipa pcv lumayan bisa nanem sekitar 60 sayuran jenisnya sama kaya di kosan juga sih tapi ada beberapa tanaman juga yang gw coba kaya kangkung tapi dia mempunyai sistem berbeda. Nah untuk sistem di kosan karena hanya buat penelitian jadi gw buat sekitar 35 cm aja sih kalau gak salah inget buat 4 tanaman sama tempat pengairan pakai kotak bekas ice cream mungkin pada tau kalo kotak putih itu. Sama lebih bagusnya juga gw tambahin timmer buat menghemat, mengatur, serta mencegah kerusakan dini pada alat semisal motor pompa yang dipakai itu tipenya dc dan gampang panas juga kalau kelamaan digunakan walau dia di air juga tapi setidaknya memberikan dia waktu istirahat juga. Jadi timmer ini fungsinya ketika malem hari aja dia dimatikan, terus pertanyaan tanaman nanti gak dapet air yang mengalir dong kalau pompanya dimatikan, enggak kok pasti ada sedikit genangan air di pipa karena sistem yang dipakai NFT (Nutrient Film Tecqniue) jadi ketika nutrisi tidak sedang mengalir karena pompa mati ada sedikit genangan tadi, jadi tidak menghambat tanaman berkembang deh, teknik itu ge lakukan di rumah dan di kosan.
Selama masa penaman juga ada masa pengecekan selama 2 minggu sekali selama manual walaupun alat sudah terpasang untuk memantau tanaman, alat gw sangat membantu juga waktu tanaman kepanasan dan pas gw cek ternyata bener ada yang sempet layu waktu itu sekitar 37 derajat celcius, karena kaget langsung cek ternyata ada yang layu dari salah satu sawi langsung di tutupin deh dengan terpal dan beberapa jam kemudian si sawi balik lagi jadi mekar. Kemudian setelah 2 minggu juga dikasih tw sama aplikasi bahwa nutrisi sudah mendekati habis langusng cek dan pengisian ulang kembali jadi aman lagi deh, jadi kekhawatiran selama pengcekan manual setiap hari juga tidak membuang waktu bagi temen-teman yang suka bercocok tanam tapi sering ditinggal karena kesibukan yang padat.
Kunjungi juga :
IG : @brissedemer / https://www.instagram.com/brissedemer/
@erus.lab/ https://www.instagram.com/erus.lab/
Youtube: Erus lab
Comments
Post a Comment